Cari Blog Ini

Rabu, Februari 20, 2013

PERANAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR


PERANAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR




Manusia dilahirkan dengan berbagai keunikan yang dibawanya. Bakat adalah salah satu dari keunikan yang dibawa manusia. Dengan berbagai cara manusia mengasah bakat tersebut. Hal itu berguna untuk mempertahankan hidup di muka bumi ini. Bakat setiap manusia berbeda-beda , walaupun mungkin sama tetapi mempunyai takaran dan karakter yang berbeda. Namun sayangnya, tidak semua manusia mampu mengembangkan bakat yang dimilikinya secara maksimal hingga bisa menjadikan suatu potensi yang dapat diasah menjadi suatu prestasi yang membanggakan. Sifat bawaan manusia ada yang kurang baik yaitu cepat merasa puas dengan bakat yang dicapainya, sehingga merasa cukup dengan yang sudah ada. Padahal mungkin bakat tersebut masih bisa lebih lagi.
Ciri masyarakat yang berkembang adalah ingin untuk lebih maju dari sekarang. Maka sifat cepat puas harus dihapuskan. Karena ciri cepat puas dengan yang dicapainya, tidak akan membawa kemajuan yang berarti. Apakah sudah menjadi tradisi masyarakat ? (khususnya di Jawa), bahwa orang tua dulu selalu menyarankan agar “nrimo ing pandhum” , yang berarti menerima segala sesuatunya dengan iklas, pasrah kepada yang memberi. Dengan perkembangan jaman sekarang ini, jika saran tersebut salah dalam pengartian/penafsiran dan penempatannya , maka sangat fatal akibatnya. Kita bisa tertinggal bahkan tergilas dengan kemajuan jaman. Dimana negara-negara lain begitu pesat dalam perkembangan teknologi, kehidupannya dan lain-lain, kita masih berkutat dengan yang ada sekarang ini.
Sehingga menjadi tugas dari guru untuk membantu memberikan semangat dalam mengasah bakat dan memberikan motivasi kepada siswa (anak didiknya) agar berpikir lebih maju. Bakat yang terwadahi dan tersalurkan dengan baik akan menghasilkan prestasi gemilang. Guru ikut andil dalam pengembangan bakat. Karena guru merupakan salah satu pilar pendidikan yang sangat dibutuhkan dalam mendidik. Di pundak anak didiklah nantinya arah perkembangan ditentukan.
Penyaluran bakat bisa dimulai dari usia sekolah. Dimana sekolah tidak bisa lepas dengan guru/pendidik Sekolah adalah tempat para pendidik-pendidik mengabdikan hidupnya (walaupun sekolah tidak harus identik dengan gedung/bangunan). Berawal dari sinilah guru bisa menilai, mengasah dan membina bakat-bakat yang muncul dari siswa. Bakat dari siswa yang sangat menonjol bisa dibina lebih lanjut, sedangkan yang belum nampak bisa digali dan diarahkan. Yang pasti setiap anak mempunyai bakat. Karena bakat bagaikan “mutiara yang terpendam”.
Guru harus sangat bijaksana dalam menilai suatu bakat anak didik. Tidak mungkin bakat dari setiap anak dikembangkan semua tanpa memandang beberapa faktor. Usia, fisik dan daya tahan setiap siswa pasti berlainan, dimana hal tersebut juga mempengaruhi hasil suatu bakat. Terlebih jika ada ambisi pribadi dari guru, dengan dalih untuk perkembangan bakat. Dimana sebenarnya hal itu berasal dari obsesi sang guru yang tertunda.
Sebagai seorang siswa rasa lelah, jenuh dan beberapa alasan lain bisa muncul setiap saat. Disinilah unsur guru sangat penting dalam memberikan motivasi, mendorong dan memberikan respon positif guna membangkitkan semangat anak yang mulai menurun. Guru seolah sebagai alat pembangkit motivasi (motivator) bagi anak didiknya. Guru perlu memberikan pengertian tentang pentingnya disiplin guna meraih sebuah prestasi. Yang tidak kalah penting , guru juga membiasakan anak untuk mau berlatih sendiri di rumah secara rutin . Beruntung sekali bila ada yang mengawasi, membina dan mengarahkannya di rumah. Sehingga bakat anak tersebut tidak putus begitu saja, dengan kata lain hanya sebatas di sekolah.
Mengembangkan bakat anak memang memerlukan ketelatenan dan kesabaran. Peranan guru sebagai sang motivator, sangat dibutuhkan. Proses penemuan bakat terkadang tidak secepat yang dibayangkan. Terbentur pada karakter bawaan setiap anak didik yang bermacam-macam. Guru, bagaimanapun juga tidak bisa berharap banyak tanpa bekerja. Motivasi sangat dibutuhkan untuk setiap anak guna mengembangkan bakat hingga meraih prestasi yang membanggakan. Tidak berlebih bila ada sebagian orang bijak yang mengibaratkan bakat dengan tanaman. Dimana mengembangkan bakat anak juga memerlukan perawatan, perhatian dan “pupuk” layaknya tanaman.
Guru tidak bisa lepas dari anak didik. Kepada merekalah nantinya pembawa arah perkembangan negara ini. Apakah petuah yang bermakna menerima apa adanya terus dihembuskan dan ditanamkan pada diri anak didik ? Ataukah perlu petuah-petuah lain agar bisa membangkitkan semangat pada diri anak didik guna meraih prestasi membanggakan ? Yang kemudian membawa kemajuan yang berarti di negeri ini .
 Kepada sang Motivatorlah pemegang kendalinya .


                                                                                       Blitar, 20 Pebruari 2013